Senin, 08 Desember 2008



Tak main-main, Harvest City merupakan Kota Mandiri Terbesar di Timur Cibubur, yakni 1.050 hektar.

Lokasi strategis dan Akses yang mudah: pintu masuk Harvest City lokasinya persis berseberangan dengan wahana rekreasi nasional, Taman Buah Mekarsari ±12 km dari exit Cibubur melalui Jagorawi atau bisa melalui Cikunir exit di Jati Asih dan Cikampek exit di Bekasi Barat. Rencananya Harvest City akan dilalui tol Cimanggis-Cibitung yang merupakan bagian dari Jakarta Outer Ring Road (JORR) II, dan mempunyai exit tol khusus ke Harvest City.
Fasilitas Lengkap: Harvest City Mall, The Harvest Walk, Culinary Market, Discovery Park, Food Carnaval, Urban Forest dan fasilitas lainnya.
Harga Bersaing: Harga tanah hanya 400 ribuan/m².
Disain Bangunan Modern Minimalis.
Pengembang Terpercaya: dikembangkan oleh PT. Dwikarya Langgengsukses yang merupakan sinergi dari 3 grup besar: Suryamas, Duta Putra & Kentanix yang sudah berpengalaman puluhan tahun dibidang properti baik perumahan tipe kecil, menengah maupun besar (perkotaan) di Jabodetabek.

Harvest City, Hidupkan Koridor Cileungsi-Mekarsari

Setelah era Cibubur lewat, tren pengembangan di tenggara Jakarta sekarang mulai mengarah ke koridor Cileungsi-Mekarsari. Jika lebih dari satu dekade lalu, proyek yang dibangun masih bisa dihitung dengan sebelah jari tangan, kini berbeda jauh kondisinya. Di setiap jengkal lahan, terdapat plang nama proyek baru. Entah itu proyek milik perusahaan berbadan hukum atau individu.

Yang terbaru adalah Harvest City. Tak main-main, ini merupakan proyek dengan luas lahan terbesar yang pernah direncanakan dan segera diimplemetasikan, yakni 1.050 Ha. Lebih luas dibandingkan Kota Wisata, sebagai ikon kawasan Cibubur yang ‘hanya’ memiliki ijin prinsip 1.000 Ha. Luasan lahan Harvest City hanya bisa dikalahkan oleh proyek ‘almarhum’ Bukit Jonggol Asri, 30.000 Ha.

Harvest City merupakan pengembangan perumahan skala kota yang dibangun oleh PT Dwikarya Langgeng Sukses, konsorsium bentukan tiga pengembang yang terdiri atas Grup Suryamas Dutamakmur, Grup Duta Putera Mahkota dan Grup Kentanix Supra Internasional. Mereka sepakat menjalin kolaborasi strategis dengan komposisi saham Grup Suryamas Dutamakmur sebagai mayoritas (sebanyak 50%) dan masing-masing 25% disumbang Grup Kentanix Supra Internasional dan Grup Duta Putra Mahkota.

Di atas lahan yang lokasinya persis berseberangan dengan wahana rekreasi Taman Buah Mekarsari ini akan didirikan lebih dari 10.000 unit rumah dengan tipe variatif. Mulai tipe kecil, menengah hingga mewah. Konfigurasi ini sesuai dengan latar belakang tiga pengembang tersebut yang memang memiliki spesialisasi masing-masing. Seperti Grup Suryamas Dutamakmur yang popular dengan portofolio perumahan mewah di Rancamaya, Bogor dan Mahogany Residences, Cibubur. Sementara Grup Duta Putera Mahkota dan Kentanix Supra Internasional telah lama dikenal sebagai pengembang perumahan skala menengah-bawah. Macam Vila Dago, Pamulang (Tangerang), Cibubur Riverside dan Vila Nusa Indah 1-5, Bekasi.

“Ini adalah sinergi positif. Tiga pengembang dengan kemampuan mumpuni di bidangnya masing-masing bersatu membangun proyek perumahan terpadu. Proyek ini akan menjadi katalisator pertumbuhan properti khususnya dan ekonomi umumnya di koridor Cileungsi-Mekarsari,” ujar Presiden Direktur Grup Duta Putera Mahkota, Herman Sudarsono.

Kehadiran Harvest City diproyeksikan bakal menambah semarak pasar dan kompetisi properti di koridor Cileungsi-Mekarsari. Sebelumnya, pasar diramaikan oleh proyek besar yang jumlahnya terbatas. Mereka adalah Taman Metropolitan yang dikembangkan oleh Grup Metropolitan Land dan Citra Indah milik Grup Ciputra. Kedua proyek ini dianggap sebagai ‘kelas gurem’, belum bisa menandingi superioritas dua bersaudara Kota Wisata dan Legenda Wisata (Grup Duta Pertiwi).

Taman Metropolitan dan Citra Indah memang tidak dirancang sebagai perumahan terpadu. Tak heran jika sejak dibangun pada kurun 1997/1998, hingga tiga tahun lalu, kedua proyek ini belum bisa menarik minat, alih-alih menciptakan selera pasar. Dalam perkembangannya kemudian, Grup Metropolitan Land kemudian melakukan segregasi atas Taman Metropolitan dan melahirkan Taman Cileungsi yang kelasnya jauh lebih rendah dan menyasar pasar lebih spesifik yakni para pekerja pabrik di sekitar kawasan industri Narogong-Cileungsi-Citeureup-Cibarusah. Hal serupa dilakukan Citra Indah yang mengandalkan produk mungil tipe 21, 27 dan 36 demi mendapat kue pasar yang sejatinya sangat besar jika digarap dengan serius.

Sekarang, dengan konstelasi bisnis yang jauh berbeda, akan sangat menarik mencermati rivalitas Harvest City, Taman Metropolitan dan Citra Indah. Harvest City diuntungkan oleh kesegaran konsep yang diusungnya dan gimmick kelengkapan fasilitas seperti katakanlah Harvest City Mall, Culinary Market, The Harvest Walk, Discovery Park, Sport Center, Urban Forest dan Food Carnaval yang kesemuanya berada pada area komersial.

Taman Metropolitan tak mau terlalu kaku dengan konsep awal yang mengkhususkan diri menyediakan rumah kelas menengah atas. Mereka juga bermain di kelas 28/90 sampai 54/104 seharga Rp129,5 juta dan Rp260 juta. Citra Indah kian memantapkan market positioning-nya sebagai pemasok rumah sederhana strata 21/60 dengan harga penawaran Rp47 juta. Meski begitu, mereka tetap menggarap pasar lebih atas yakni tipe 66/300 yang dipatok Rp321 juta. Profil pembeli rumah dengan dimensi demikian adalah mereka yang sudah menempati posisi middle level manager.

Harvest City sendiri akan dibangun dalam tiga tahap. Tahap pertama seluas 150 Ha yang terdiri atas 5.000 unit rumah high density dengan harga penawaran perdana dimulai dari Rp146,8 juta untuk tipe 43/78 hingga Rp250,4 juta untuk dimensi 66/136 yang berada dalam area klaster Dianthus. Tahap kedua yang akan digarap adalah area komersial seluas 300 Ha. Berbarengan dengan ini, akan dibangun pula rumah medium density seluas 100 Ha. Area pengembangan tahap kedua akan dilintasi tol Cimanggis-Cibitung. Tahap ketiga merupakan tahap akhir pengembangan, di mana PT Dwikarya Langgeng Sukses berkonsentrasi pada pembangunan rumah low density dan high rise building serta light industry yang fokus pada penyediaan fasilitas ruang pergudangan.

Menyimak penawaran-penawaran yang diajukan oleh ketiganya, tak pelak membuat persaingan kian ketat, untuk tidak dikatakan sengit. Ketiganya sangat mengandalkan akses Jalur Transyogi yang mengarah pada Jl Raya Cileungsi-Mekarsari, Jl Raya Narogong dan Jl Cibarusah, Bekasi. Apalagi dengan adanya rencana pembangunan Ruas Tol Cimanggis-Cibitung yang merupakan bagian dari Jakarta Outer Ring Road (JORR) II, ikut memotivasi kembali bergairahnya pasar properti di kawasan ini. Momentum ini dimanfaatkan betul oleh ketiganya.

Betapa tidak, jika ruas jalan yang akan menghubungkan tol Jagorawi dengan tol Cikampek sepanjang 25,358 kilometer ini rampung, sangat besar potensi yang bisa digarap. Ketiga perumahan ini berpeluang ‘mencegat’ komuter yang bekerja di Bekasi, Jakarta, maupun Bogor yang diperkirakan mencapai sejumlah 109.000 lebih per hari yang akan menggunakan jalur tol ini. Belum lagi industri-industri yang berlokasi di sekitar dan berjarak tak jauh dari tiga proyek itu. Sebut saja Bukaka Industry Complex, Kawasan Industri Menara Permai, Caterpillar, Wijaya Karya Industrial Estates, dan lain-lain.

“Faktor-faktor eksternal inilah yang menarik kami untuk menjalin kerjasama pengembangan. Pasar Cileungsi-Mekarsari dan bahkan Jonggol belum terakomodasi dengan baik. Kami membaca pasar di sini akan sangat berkembang dan tumbuh jauh lebih pesat,” ujar General Manager Grup Kentanix Supra Internasional, Kumala Dewa.

Betul saja, kendati baru akan dirilis ke pasar awal November ini, harga lahan di Harvest City sudah merangkak ke angka Rp400.000/m2 dari sebelumnya hanya Rp100 ribu-150.000/m2. “Patokan harga aktual sekarang adalah fenomena tes pasar yang kami lakukan beberapa bulan sebelumnya. Dan harga jual akan berubah naik saat pengumuman resmi. Angkanya sekitar 5-10%,’ ungkap Sales Manager Harvest City, Erwin Kurniawan.

Peresmian 100 Ribu Unit RSS di Jonggol



Presiden SBY dan Ibu Ani melakukan peninjauan usai meresmikan 100 ribu unit RSS Kedua, di Cibubur, Jonggol, Bogor, Jawa Barat, hari Kamis (2/11) pagi. (foto: cahyo/presidensby.info) Bogor: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hari Kamis (1/11) pagi meresmikan 100 ribu unit RSS (Rumah Sederhana Sehat) kedua, di Perumahan Citra Indah Kota Nuansa Alam Timur, Cibubur, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ini adalah 100 ribu unit rumah tahap kedua yang diresmikan Presiden, setelah 100 ribu unit tahap pertama diresmikan di Semarang, Jawa Tengah, bulan Maret 2006 lalu. Pembangunan ini adalah bagian dari upaya pemerintah untuk mencapai target pembangunan rumah baru layak huni, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009.

Presiden SBY didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono tiba di lokasi pada pukul 10.00 WIB, disambut dengan paduan suara anak-anak serta tari Merak. Ketua Umum DPP REI (Real Estate Indonesia), Lukman Purnomosidi dalam laporannya mengatakan, pembangunan RSH tersebut tetap menunjukkan peningkatan. "Peningkatan yaitu dari 78.000 unit pada tahun 2005 menjadi 83.000 pada tahun 2006, dan diperkirakan akan mencapai 95.000 pada tahun 2007 ini. Kami menyadari bahwa angka-angka tersebut belum cukup melonjak, namun setidaknya sudah signifikan dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya," ujar Lukman.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan Bantuan/Pinjaman Uang Muka (BUM/PUM) dan penyerahan kunci rumah dari pengembang kepada debitur TNI, debitur swasta, debitur PNS, dan debitur umum. Dilanjutkan dengan penandatanganan 4 Nota Kesepahaman tentang konsolidasi tanah untuk Rumah Susun Sederhana antara Menteri Negara Perumahan Rakyat, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kepala Badan Pertanahan Nasional dan DPP REI.

Di dalam sambutannya, Presiden SBY mengajak seluruh komponen masyarakat untuk terus menerus memikirkan pembangunan perumahan rakyat. "Terimakasih pula kepada REI karena telah mewujudkan perumahan sederhana dan sehat untuk rakyat ini. Bunga selasih tak pernah layu, terimakasih, thank you," kata SBY yang disambut gelak tawa dan tepuk tangan dari tamu undangan dan rakyat sekitar.

Kerja dari REI, kata SBY, membuktikan bahwa negara walaupun banyak bencana dan banyak riak-riak dalam kehidupan politik kita, namun pembangunan untuk rakyat tidak boleh berhenti satu hari pun, kita harus menjalankan program mulia itu. Kepada seluruh jajaran pemerintahan, Presiden SBY minta agar program pembangunan rumah-rumah sehat sederhana dijalankan dengan baik. "Bupati, walikota, gubernur, sediakan lokasi yang terjangkau. Sediakan lokasi untuk itu, lakukan peringanan bahkan biaya perijinan untuk membangun rumah sederhana sehat," kata SBY. Ia juga mengingatkan bahwa prasarana bagi para penghuninya juga harus disiapkan dengan baik. Antara lain sekolah, pasar, listrik, jalanan serta air.

Sementara itu, kepada dunia perbankan, SBY berpesan agar mereka dapat memberikan kredit dengan bunga kredit yang pas. Agar masyarakat mampu membeli rumah sederhana sehat, dan mampu memiliki kehidupan yang layak. SBY juga berpesan kepada seluruh masyarakat agar turut berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan. "Saya serukan kalau untuk kepentingan umum dan tanah bisa dialihkan, lakukan proses pengalihan dengan ganti rugi yang wajar. Kalau dulu memang banyak dirugikan, itu harus dihentikan. Rakyat harus dapatkan ganti rugi yang layak, yang baik," papar SBY. Presiden SBY berharap seluruh lapisan masyarakat mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan di Indonesia, karena keberhasilan sebuah bangsa, sangat tergantung dari kerja sama dan partisipasi rakyatnya.


Peresmian 100 ribu unit RSS Kedua ditandai dengan penekanan tombol sirine dan penandatanganan prasasti. Kemudian SBY beserta rombongan meninjau kompleks perumahan dengan berkendara mobil, diiringi dengan lagu Rumah yang Manis. Di tempat peninjauan, presiden SBY beserta Ibu Negara menanam pohon, diikuti oleh para menteri dan seluruh pemilik rumah.
Tampak hadir pula antara lain Mendagri Mardiyanto, Menhan Juwono Sudarsono, Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, pimpinan dan anggota DPR-RI, Ketua Umum KADIN MS Hidayat, serta para pimpinan asosiasi pengusaha. Presiden beserta rombongan meninggalkan lokasi pada pukul 12.15 WIB, langsung menuju Halim Perdana Kusuma untuk bertolak ke Banjarmasin dalam rangka kunjungan kerja ke Kalimantan Selatan. (mit)

Nikmati Alam Pedesaan di RM Jatinunggal


Semilir angin, hijaunya sawah serta gemericik air sungai sejukan suasana hati. Hayalan pun melayang jauh hingga ke dimensi tujuh. Suasana alam pedesaan yang memanjakan mata membuat terlena. Aku merasa tersesat dan tak mau kembali.

Jujur saja, rasa penasaran masih menggelayuti pikiran ini. Cerita seorang teman tentang rumah makan yang menawarkan suasana alam pedesaan yang lokasinya tidak begitu jauh dari Jakarta begitu mengusik hati. Ketika tawaran itu datang, gaung pun bersambut.

Di suatu siang di daerah sekitar Jonggol-Cariu tepatnya di Desa Sukasirna, Jonggol Kabupaten Bogor, cuaca mendung dan awan hitam membayangi perjalanan kali ini. Maklum saja, pertengahan Februari ini, cuaca agak kurang ramah. Di beberapa daerah bahkan terjadi hujan deras disertai angin puting beliung. Namun beruntung sekali, perjalanan kali ini tidak turun hujan, walau hati ini cemas juga, khawatir hujan akan mengguyur wilayah ini.

Memasuki wilayah ini, suasana alam pedesaan begitu kental terasa. Hamparan sawah yang luas membentang, suasana sepi dari lalu lalang kendaraan bermotor, masyarakat yang ramah, dan semilir angin pegunungan, merangsang rasa kantuk yang membuat terlena. Aku sungguh terhipnotis. Rasa lapar pun tiba-tiba saja datang menghampiri. Mungkin terbawa suasana, begitu ucapku dalam hati.

Pesona alam pedesaan yang damai, seperti slogan ‘aman, tenteram loh jenawi’ tampak menjadi nyata. Setelah menempuh perjalanan yang beraspal ‘sirtu’, aku pun tiba di lokasi rumah makan yang dimaksud temanku.

Nama rumah makan itu RM Jatinunggal. Terletak lebih kurang satu kilometer dari jalan raya Jonggol-Raweuy. Tidak ada angkutan umum menuju lokasi rumah makan ini. Pengunjung yang datang umumnya membawa transportasi sendiri.

Tapi jangan tanya jumlah pengunjung yang datang ke tempat ‘terpencil’ ini. Berlimpah loh. Walau lokasinya ‘agak’ jauh dari jalan raya, namun rumah makan ini selalu ramai. Apalagi kalau hari-hari libur seperti Sabtu atau Minggu. Seperti yang terlihat, deretan mobil dari berbagai jenis tampak terparkir rapi di pelataran depan rumah makan.

Menurut Manager RM Jatinunggal Yoyo Wahyudin, rumah makan ini berdiri sejak tahun 1989 yang menyediakan menu makanan khas Sunda.

“Rumah makan ini berdiri sejak tahun 1989. Awal mulanya cuma budidaya ikan mas. Namun seiring perkembangan kota Jonggol, kemudian tempat ini berkembang menjadi sebuah tempat wisata keluarga dan wisata kuliner, khususnya menyediakan menu khas Sunda,” tutur Yoyo yang mengaku sudah puluhan tahun mengelola rumah makan ini.

Dijelaskan Yoyo, tempat ini memiliki sumber air yang berlimpah yang berasal dari Sungai Cipamingkis. Makanya dahulu lebih banyak dimanfaatkan sebagai tempat budi daya ikan arus deras seperti ikan mas.

“Hasil budi daya ikan mas di sini beda hasilnya (kualitasnya) di banding tempat lain. PH air disini mungkin lebih bagus,” ungkapnya.

Rumah makan ini memang menjual suasana alam pedesaan. Dengan hamparan sawah yang luas membentang, suara gemericik air yang mengalir di bawah gubuk-gubuk yang di bangun dari kayu dan bilik (anyaman dari bambu) sebagai tempat para pengunjung menikmati hidangan, sungguh memberikan suasana ‘ndeso’ yang menenangkan jiwa dan pikiran yang sudah ruwet oleh suasana kota yang bising.

Balong-balong (kolam ikan) yang terletak di bawah gubuk-gubuk dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ikan yang setiap dua minggu sekali bisa dipanen atau ditangkap sebagai menu makanan. Bahkan di hari-hari tertentu (biasanya dari hari Senin sampai Jumat) para pengunjung boleh memanfaatkan dan memilih sendiri ikan yang akan di santap.

Ada pula yang memilih memancing sendiri ikan yang mau disantap. Tentunya ini buat pemilik hobby mancing saja. Maklumlah, tentu akan lebih lama menikmati hidangan karena harus menunggu dulu ikan yang didapat.

"Biasanya di sini kami timbang per ons. Untuk ikan mas Rp.4.500/ons, sedang ikan gurame Rp. 6.500/ons,” kata Yoyo seraya mengungkapkan bahwa setiap minggunya mendatangkan sekitar 6 kwintal ikan mas dan gurame dari daerah Bogor untuk kebutuhan rumah makan ini. Ditambahkan, menu-menu yang menjadi favorit pengunjung RM Jatinunggal seperti Ikan Gurame Asam Manis dan Ikan Mas Pepes.

Untuk menu lainnya, seperti umumnya rumah makan khas Sunda, tempat ini juga menyediakan menu-menu seperti Sayur Asam, Lalab Sambal, Pepes Jamur, Pepes Tahu, dan Ikan Mas Balita (ikan mas yang masih kecil-kecil namun digoreng garing). Ehm, yang terakhir ini patut di coba para pengunjung, apalagi kalau dicocol dengan sambal goreng, mantap!!!

Para pengunjung yang datang pun umumnya berasal dari daerah di luar kota Jonggol dan sekitarnya seperti Cibarusah, Bekasi, Cibubur, Bogor dan Jakarta. Bahkan pernah ada yang datang dari daerah Tangerang.

“Mereka umumnya para keluarga dan dari instansi pemerintah. Kadang mereka mem-booking tempat untuk acara pesta ulang tahun dan meeting room untuk para pengunjung dari kalangan instansi pemerintah,” katanya seraya menambahkan sudah banyak pesohor yang datang ke tempat ini seperti mantan Wapres Try Soetrisno dan artis Nabila Syakib. Lebih lanjut Yoyo menambahkan bahwa tempat ini juga menyediakan fasilitas taman bermain anak-anak dan ruang karaoke organ tunggal.

Seorang pengunjung, Pak Hasan, yang datang bersama keluarga lengkap mengaku sebagai pelanggan tetap rumah makan ini. Dari rumahnya dibilangan Cibubur, ia sengaja mengajak keluarganya untuk makan-makan seraya menikmati suasana alam pedesaan yang masih nampak asri.

“Enak makan di sini. Makanannya pas di lidah dan suasana lingkungannya masih asri, jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Sangat cocok untuk refreshing dan menjalin keakraban anggota keluarga,” katanya sembari tersenyum ramah.

Tempat ini buka setiap harinya dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 19.00 malam. Untuk Sabtu dan Minggu merupakan hari yang ramai oleh pengunjung. Hari Senin sampai Jumat, pengunjung diperbolehkan memilih sendiri ikan yang ada dikolam-kolam (balong).

Suasana alam pedesaan yang asri kini sudah seperti oasis yang memberikan kesegaran jiwa masyarakat perkotaan. Nampaknya, RM Jatinunggal mampu memberikan obat penawar rasa sumpek orang-orang kota yang lelah bergelut dengan hiruk pikuk permasalahannya.

Teks dan Foto: Harry Tanoso/Wisatanet.com

JONGGOL MAKIN SEPI







Jonggol, Proyek Satu Abad



Jakarta penuh sesak. Penduduknya berjumlah sekitar 10 juta jiwa. Belum lagi jumlah kendaraan yang mencapai hampir dua juta unit. Pembangunan gedung jangkung terus bertambah, sementara persediaan tanah semakin kritis dan harganya melambung tinggi, nyaris tidak terjangkau oleh pengembang properti dan lahan yasan (real estate).

Alternatifnya, pembangunan permukiman dan kawasan bisnis diarahkan ke pinggiran atau yang dikenal dengan sub-urban. Salah satu pengembang yang mengantisipasi pembangunan sub-urban atau kota baru adalah PT Bukit Jonggol Asri (BJA). Sebagian besar saham perusahaan itu milik Bambang Trihatmodjo, putra Presiden Soeharto.

Rencana PT BJA untuk membangun sebuah kota batu tidak tanggung-tanggung. Perusahaan itu mengalokasikan lahan sedikitnya 30.000 hektare, yang terbentang dari Citereup sampai Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sekitar 24 desa di tiga kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur akan disulap menjadi kota metropolitan lengkap dengan segala fasilitasnya. Untuk mewujudkan kota baru itu diperlukan dana sedikitnya US$ 24 miliar atau setara Rp 56,4 triliun sekarang. Jika nilai rupiah terhadap dolar AS terus melemah, nilai investasi itu bisa mencapai Rp 70 triliun. Itu merupakan jumlah investasi yang fantastis, karena dilakukan oleh swasta.

Belum lagi jangka waktu pembangunan yang mungkin baru selesai seluruhnya dalam 50 tahun atau 10 Pelita. Jakarta, misalnya, dengan luas 65.000 hektare, setelah 51 tahun Indonesia merdeka, pembangunannya masih belum selesai. Pengadaan perumahan yang layak baru gencar dilakukan pada tahun 1972. Kawasan komersial, seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan, mulai ramai baru dalam dasawarsa l990-an. Jakarta, sebagai ibu kota negara, penanganan dan pembiayaannya memang dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Itulah sebabnya rencana pembangunan kota baru BJA sekarang ini menjadi pembicaraan di mana-mana. Apalagi, santer isu ibu kota negara akan pindah dari Jakarta ke Jonggol . Pro dan kontra bermunculan. Tapi, terlepas benar atau tidaknya rencana memindahkan ibu kota itu, pembangunan kota baru di Jonggol, kalau terwujud, adalah prestasi tersendiri . Sampai sekarang belum ada di dunia ini swasta mampu membangun proyek properti dan lahan yasan seluas 30.000 hektare. Jika Badan Pertanahan Nasional menyetujui alokasi lahan yang diinginkan PT BJA, pembebasan tanah telah dilakukan, Bambang Trihatmodjo akan menjadi raja properti dunia, menggeser Donald Trumph (yang nyaris kolaps) dan mengalahkan Li Ka Sing (raja properti dari Hong Kong yang proyeknya tersebar di mancanegara). Sebenarnya, dalam PT BJA, Bambang tidak sendiri. Dia menggandeng Swie Teng alias Haryadi Kumala, spekulan tanah yang sangat terkenal di kalangan pengembang dan pemilik Grup Kaestindo.

Direksi PT BJA maupun Grup Kaestindo ketika diminta konfirmasinya memilih tutup mulut. Tidak ada seorang pun yang mau berkomentar. Susi, sekretaris Swie Teng yang berkantordi Lantai XXV Menara Sudirman, tidak menjelaskan keberadaan bosnya, malah menunjuk seorang pria berbadan tegap berpakaian safari dengan kumis tebal.

Di kalangan pengembang, isu pembangunan kota baru Jonggol sudah tersebar sejak tahun lalu. Mereka mengaitkan instruksi Presiden Soeharto kepada Pemda Jawa Barat agar tidak lagi memberikan izin untuk pembangunan vila dan bangunan lain di kawasan Bogor, Puncak, dan Cianjur (Bopunjur). Rumor yang berkembang kemudian diperkuat dengan pernyataan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN, Soni Harsono, yang tidak lagi mengeluarkan izin untuk proyek lahan yasan di kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek). Ketika D&R meminta pendapat beberapa pengembang mengenai rencana PT BJA dan pernyataan pejabat pemerintah, mereka enggan memberikan komentar secara langsung, apalagi jika namanya disebut sebagai narasumber. "Kami tidak ingin mengusik dapur orang lain agar dapur kami dapat ngebul terus," kata pengembang lain yang memiliki proyek tidak jauh dari lokasi kota baru Jonggol.

Namun, Johannes Tulung dari PT Kuripan Raya melihat proyek itu belum bisa dianggap ancaman, karena rencananya masih di atas kertas. Menurut dia, antara rencana dan implementasi memerlukan waktu cukup lama. "Waktu 10 tahun belum cukup untuk melihat keberhasilan pembangunan sebuah kota baru. Masih banyak peluang yang bisa kami raih," kata Tulung, yang kini menangani proyek Telaga Kahuripan di daerah Parung, Jawa Barat, yang salah seorang pemiliknya adalah Grup Bimantara.

Konsep dan perencanaan kota baru Jonggol secara de facto sebenarnya sudah mendapat persetujuan dari pemerintah dan tinggal menunggu lampu hijau langsung dari Presiden Soeharto. Proyek itu memang akan dipresentasikan di hadapan kepala negara sebelum akhir tahun ini. Herman Haeruman, Deputi Ketua Bappenas Bidang Regional dan Daerah, setelah menghadiri presentasi Grup Kaestindo mengenai proyek tersebut, menyatakan kepada Rebeka Harsono dari D&R bahwa rencana kota baru Jonggol sah-sah saja sebagaimana pembangunan proyek sejenis yang sudah ada sebelumnya. "Kalau memang bisa mandiri, mengapa tidak kita buat kota yang tidak perlu lagi bergantung pada Jakarta sebagai kota induk?" kata Herman.

Pengamat properti, Panangian Simanungkalit, melihat rencana kota baru Jonggol adalah proyek yang belum jelas karena status dan surat keputusan (SK) lokasinya sampai sekarang belum keluar. "Proyek ini belum pantas dikomentari. Tapi memang fenomena baru dalam pembangunan kota," kata Direktur Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) itu kepada Budi Nugroho dari D&R.

Akan tetapi benarkah pembangunan Jonggol merupakan fenomena baru dalam pembangun kota seperti yang dinyatakan Panangian? Sebenarnya, pembangunan kota baru sudah banyak dilakukan di Indonesia, terutama yang dilakukan oleh pemerintah. Di Jakarta misalnya Thomas Karsten sudah merencanakan kota baru Kebayoran Baru pada tahun 1948 dan mulai digarap tiga tahun kemudian.

Akan halnya pembangunan kota baru yang diarahkan untuk mandiri pertama kali dilakukan swasta pada tahun 1989, yaitu proyek Kota Mandiri Bumi Serpong Damai (BSD). Pemiliknya adalah konsorsium 10 perusahaan milik empat taipan besar (Liem Sioe Liong, Eka Tjipta Widjaja, Ciputra, dan Sudwikatmono). Konsorsium itu rencananya akan membangun sebuah kota seluas 6.000 hektare atau tiga kali luas Kodya Bogor.

Setelah pembangunan Kota Mandiri BSD, di Jabotabek bermunculan proyek sejenis, seperti Cikarang Baru (5.400 hektare), Lippo Cikarang (5.000 hektare), Kota Tigaraksa (3.000 hektare), Bintaro Jaya (2.300 hektare), Citra Raya Kota Seni (2.500 hektare), Bukit Sentul (2.000 hektare), Kota Legenda (2.000 hektare), Lido Lake Resort (1.700 hektare), Gading Serpong ( 1.700 hektare), Puri Jaya ( 1.600 hektare), dan Citra Indah ( 1.200 hektare). Masih ada dua proyek besar lagi yang izinnya sudah diberikan, yaitu Kapuk Naga (8.000 hektare) dan Pantura Jakarta (2.700 hektare).

Membangun kota baru memang tidak semudah menggarap proyek properti lainnya. Beberapa aspek sangat menentukan, seperti perencanaan, konsep, pendanaan, dan pemasaran. Yang dikatakan Johannes Tullung bisa jadi benar: para pengembang tidak mungkin terancam dalam waktu 10 tahun karena kehadiran Jonggol. Sebagai contoh, BSD sebagai proyek kota mandiri pertama di tanah air telah disiapkan sejak tahun 1983, pembangunannya baru dimulai Januari 1989. Dalam waktu enam tahun, pengembang proyek tersebut harus menyiapkan seluruh aspek tadi secara mendalam dan mengkoordinasikannya dengan instansi pemerintah yang terkait.

Dalam perencanaannya, proyek BSD baru rampung keseluruhan dalam waktu 25 tahun. Menurut Dirut PT BSD, Budiarsa Sastrawinata, proyek yang diperkirakan menelan investasi untuk infrastruktur sekitar Rp 5 triliun itu diharapkan rampung pada tahun 2015. Pembangunan proyek tersebut, lanjutnya, menerapkan perkembangan wajar dan alamiah dengan mengutamakan pertumbuhan penduduk. "Dari segi fasilitas memang agak lambat; sedangkan tingkat pertumbuhan penduduknya mencapai 15 persen per tahun."

Memang, baru setelah pertumbuhan penduduk meningkat, investor melirik kota mandiri itu untuk dijadikan basis investasi. Baru-baru ini, delegasi dagang dari Jerman yang dipimpin langsung oleh Kanselir Helmut Kohl langsung menandatangani kesepakatan untuk membangun Pusat Jerman di BSD yang terdiri kawasan industri, sekolah, pusat penelitian, serta lembaga ekonomi. Investasinya sekitar Rp 4,5 triliun.

Soalnya, penduduk dengan berbagai strata sosial dan ekonomi adalah motor utama untuk mewujudkan kemandiriannya. Tanpa penduduk, bagaimana mungkin membangun gedung perkantoran, kawasan industri, atau pusat perbelanjaan skala besar? Siapa yang akan membeli? Darimana memperoleh pekerja? Untuk mewujudkan sebuah kota yang mandiri, kata Johannes Tullung yang juga salah seorang pengurus Dewan Pimpinan Pusat Realestat Indonesia (REI), Jonggol nantinya harus memiliki basis ekonomi yang kuat. Di wilayah itu, setidaknya harus digabungkan kantor pemerintah, kawasan bisnis dan industri.

Yang jelas, pembangunan perumahan, apalagi kota baru, harus mengacu pada Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai Penataan Ruang. Setiap rencana yang mikro, berdasarkan UU tersebut, harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang makro. Kenyataannya, sebagian besar daerah tingkat II belum memiliki RTRW yang disahkan oleh DPRD. Seperti Bogor, yang melingkupi wilayah Jonggol, sampai sekarang RTRW-nya masih parsial. Belum lagi faktor pendanaan yang akan menyerap tliliunan rupiah masih membayangi para pengembang. Sikap hati-hati memang banyak dilakukan pengembang besar agar proyeknya dapat berjalan sesuai rencana tanpa mengganggu likuiditas keuangan perusahaan maupun grupnya. Gencarnya pembangunan fasilitas yang "wah" dan sebenarnya belum perlu di Lippo Karawaci menjadi pelajaran berharga. Bukan tidak mungkin, baru 100 tahun lagi kota baru Bukit Jonggol Asri bisa berdiri utuh -- itu pun kalau jadi

LOWONGAN KERJA: Citra Indah

PT CIPUTRA INDAH, adalah Developer dari Grup Ciputra saat ini membutuhkan :


1. PENGAWAS SIPIL PURNA JUAL

Kualifikasi:
Pendidikan min STM Bangunan
Usia maks 30 thn
Pengalaman min 2 thn
Menguasai MS Office
Job desk: memantau serah terima rumah ke konsumen, memantau komplain konsumen, memperbaiki ulang rumah sebelum diserah terimakan ke konsumen
Syarat umum:
Bersedia ditempatkan di Proyek Perumahan Citra Indah Jonggol - Jawa Barat (13 KM dari Cileungsi)


2. Estimator

Kualifikasi:
Pendidikan min D3 Teknik Sipil (Politeknik)
Usia maks 28 thn
Pengalaman min 1 thn
Menguasai MS Office
Job desk utama: estimasi dan analisis biaya kontruksi bangunan & infrastruktur

Syarat umum:
Bersedia ditempatkan di Proyek Perumahan Citra Indah Jonggol- Jawa Barat (13 KM dari Cileungsi)


Silahkan kirimkan CV beserta pas photo terbaru ke
Head of HR Division
Kantor Perumahan Citra Indah Grup Ciputra
Jln Raya Jonggol Cileungsi KM. 23,2
Jonggol 16830
email to:
iwan_arianto@ciputra.com

Menjual Nuansa Alam Perbukitan

Perumahan Citra Indah:


JAKARTA – Sejak dikembangkan dan dipasarkan pada pertengahan 1996, Perumahan Citra Indah secara konsisten mengembangkan diri sebagai kota mandiri. Inilah produk terbaru dari developer ternama yakni Grup Ciputra.
Sesuai dengan konsepnya sebagai Kota Nuansa Alam, Citra Indah benar-benar menawarkan nuansa alam perbukitan Cibubur. Tak mengherankan bila banyak konsumen yang kepincut dengan perumahan satu ini.
Perumahan Citra Indah berlokasi di Cileungsi, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jabar. Dapat dicapai dengan mudah dari Semanggi dalam tempo kurang lebih 45 menit atau dari Pondok Indah dalam tempo sekitar 35 menit melalui tol Jagorawi. Bisa dengan kendaraan pribadi atau dapat pula dengan kendaraan umum (angkot) yang banyak melintas di Jalan Raya Cileungsi hingga Cibubur.
Di perumahan Citra Indah tersedia berbagai fasilitas yang cukup komplet, baik itu fasilitas rekreasi, tempat ibadah serta dekat dengan sarana pendidikan dan komersial (ruko). Sebagai kawasan yang sudah “jadi”, di mata konsumen Citra Indah tergolong cukup “menjual”. Terlebih dengan semakin mahalnya rumah di Cibubur yang dekat dengan pintu tol seperti Citra Gran, Kota Wisata, maka pilihan/alternatif rumah yang layak huni semakin bergeser ke arah Citra Indah.
“Saya senang tinggal di Citra Indah, semua lengkap dan lingkungannya oke. Memang bagi saya yang belum punya mobil dan memakai jasa angkutan umum, terasa jauh juga setiap berangkat ke tempat kerja di Sudirman,” ujar Anto, salah satu penghuni kepada SH di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Di dalam Perumahan ini terdapat beberapa kawasan hunian di antaranya Bukit Menteng, Bukit Bunga dan Bukit Permai. Masing-masing kawasan memiliki beragam tipe rumah mulai dari tipe kecil, menengah hingga besar.
Dengan demikian Perumahan Citra Indah tergolong komplet menyajikan tipe-tipe rumah. Namun semuanya tetap memiliki nilai tambah yaitu pemandangan alam perbukitan dengan menonjolkan gaya arsitektur yang cantik dan anggun. (rvs)

ASYIK KENCAN, SISWA JONGGOL

Tertangkap Basah Bermesraan di Situ Perumahan Citra Indah, Jonggol
*. Pihak Sekolah Siapkan Sanksi


JONGGOL - Tertangkapnya dua pasang siswa SMA di Jonggol dan Cileungsi membuat kecewa staf pengajar di SMAN 1 Jonggol. Tak hanya itu, para siswa di sekolah itu pun membincangkan rekannya yang tertangkap basah sedang memadu kasih di situ Perumahan Citra Indah, Jonggol.

Pihak sekolah pun rencananya bakal memberikan sanksi tegas pada siswa kelas 10 berinisial YI dan AS. Kelakuan dua siswi ini telah mencoreng prestasi yang telah banyak diraih para siswa SMAN 1 Jonggol.
Menurut Wakil Kepala sekolah SMAN 1 Jonggol, Ruchyana Bichri, dalam kasus ini, pihak sekolah bakal menentukan sikap terhadap pelanggaran dua siswinya. “Kami bakal memberlakukan sanksi pada dua siswi yang telah melakukan perbuatan asusila tersebut,” kata Bichri, saat ditemui Radar Bogor kemarin.
Lebih lanjut Bichri mengatakan, pihaknya menyerahkan kasus ini pada pihak kepolisian. Sebenarnya, kata dia, bila ada siswanya yang melanggar peraturan tentu diproses secara bertahap, mulai dari tahap satu hingga tahap ketiga, namun dari segi pelanggaran kedua siswi ini sudah masuk pelanggaran berat. “Jadi ada kemungkinan yang bersangkutan mengundurkan diri,”ujarnya.

Namun pihaknya tidak mau gegabah dalam kasus ini. Untuk itu, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut kepada pihak kepolisian. Sementara itu, Ketua PGRI Kecamatan Jonggol, Ahmad Asgar, mengatakan dalam kasus ini pihak sekolah tak bisa disalahkan karena siswi yang bersangkutan melakukan perbuatan tersebut jauh di areal sekolah. Selain itu, keduanya pun sejak awal sudah bolos sekolah. “Ini berarti sudah bukan tanggungjawab sekolah secara aturan, karena kedua siswi itu sejak awal sudah tak masuk sekolah,”ungkapnya.

Untuk itu, bila ada yang menyudutkan pihak sekolah itu salah, karena tuduhan tersebut melenceng dari koridor yang sebenarnya. Pantauan Radar Bogor kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMAN 1 Jonggol, tetap berjalan normal. Meski begitu para siswa di sekolah itu membincangkan rekannya yang tertangkap polisi saat memadu kasih di situ Perumahan Citra Indah, Jonggol.

Seperti diberitakan koran ini kemarin, dua pasang pelajar yang sekolah di sebuah SMA di Jonggol dan Cileungsi digiring warga ke Polsek Jonggol, Selasa (20/11). Mereka tertangkap basah tengah bermesraan di sebuah situ di Perumahan Citra Indah Jonggol.

Peristiwa ini berawal dari terganggunya warga dengan ulah tiga pasang gadis dan jejaka berseragam abu-abu yang memadu kasih dan bertingkah seronok di kawasan perumahan tersebut. Mereka juga sempat berfoto dengan kamera handphone.

Tak mau daerahnya menjadi tempat mesum, warga setempat melaporkannya kepada petugas keamanan internal perumahan. Tak lama, petugas menggerebek mereka. Namun, hanya dua pasang yang ditangkap. Satu pasang lagi bisa melarikan diri dari sergapan petugas. Kedua pasang yang tertangkap langsung digiring ke Mapolsek Jonggol.(dei)

Grup Ciputra menggaet Sekretariat Jendral DPR

Kondisi industri properti yang belum pulih sepenuhnya, membuat para pengembang harus melakukan berbagai terobosan agar bisa bertahan hidup. Kiat yang dilakukan sejumlah pengembang cukup efektif, sekalipun tidak sedikit juga jumlah pengembang yang terpaksa gulung tikar.
”Kita sebagai developer diselamatkan oleh pembelian oleh korporat atau perusahaan. Kalau tidak demikian, entah bagaimana teman-teman pengembang bisa selamat melalui krisis yang berlangsung.” Demikian ucapan dari Lukman Purnomosidi, Presiden Direktur PT Jaringan Selera Asia (JSA) yang memiliki proyek-proyek perumahan sederhana di Parung, Bogor, Tangerang. Bahkan ia berani menyatakan, sektor properti utamanya subsektor perumahan sederhana hingga menengah, paska krisis 1997, tertolong oleh penjualan rumah kolektif. Dan ia sendiri tidak bisa membayangkan banyaknya rekan pengembang yang usahanya rontok karena tidak mendapatkan pembeli korporasi.
Inilah jurus jitu dari pengembang (developer) demi mensiasati ekonomi yang lesu dan daya beli masyarakat yang menurun sekaligus menjaring pasar yang lebih luas.
Untuk beberapa waktu terakhir dan waktu mendatang, fenomena penjualan rumah secara korporasi ini diyakini bakal menjadi trend. Mengapa? Karena sejumlah pengembang kelihatan makin fokus menggarap pasar korporat/perusahaan.

Kepastian
Menurut data, sepanjang tahun 2003 realisasi pembangunan rumah di Indonesia mencapai angka 50.000 unit rumah, baik rumah sederhana, menengah hingga mewah. Jika diasumsikan rumah mewah hanya menempati porsi 10 persen, maka setidaknya 40.000-50.000 unit adalah rumah menengah dan sederhana. Dan dari jumlah tersebut hitungan kasarnya, sekitar 70 persen atau 28.000-31.000 unit terbangun di wilayah Jabotabek.
Mengapa penjualan secara korporasi semakin marak?
Menurut Fuad Zakaria, Ketua Umum DPP Apersi (Asosiasi Pengembang Perumahan Sederhana Seluruh Indonesia), strategi menggaet konsumen perusahaan memberi kepastian yang lebih besar bagi pengembang.
“Jelas lebih menguntungkan bagi developer. Sekali “pukul” bisa mendapatkan pembeli ratusan unit, siapapun developernya pasti sangat senang karena itu berarti usahanya bisa jalan terus karena pembeli sudah di depan mata. Sebaiknya memang demikian, developer jangan terlalu menggantungkan pada penjualan perorangan, tetapi cobalah melirik pasar korporat karena peluang di sana cukup besar,” kata Fuad.

Citra Indah
Perumahan lain yang juga “ketiban rejeki” mendapatkan pembeli perusahaan adalah Perumahan Citra Indah di Jonggol. Belum lama ini perumahan yang dibangun oleh Grup Ciputra tersebut berhasil menggandeng Koperasi Pegawai Sekretariat Jenderal DPR. Bahkan pihak Setjen pun siap menyediakan bus antar jemput Citra Indah-kantor DPR, untuk memudahkan perjalanan.
Menurut Setyanta Nugraha, Ketua Koperasi Pegawai Setjen DPR, dari sekitar 1.271 pegawai Setjen, sekitar 40 persen belum memiliki rumah sendiri. Dari yang 40 persen ini, sekitar 35 persen berminat untuk memiliki/membeli rumah dengan segera.
“Animo untuk membeli rumah yang layak dan terjangkau di Citra Indah cukup besar. Selama periode penawaran selama dua bulan telah terdaftar sekitar 70 orang yang akan membeli. Harapan saya, semua anggota yang belum punya rumah bisa mengambil kesempatan ini,” katanya pada acara penandatangan dengan Bank Niaga selaku pemberi KPR (kredit pemilikan rumah) yang berlangsung di Jakarta, Rabu (17/4).
Pada acara tersebut hadir Sekjen DPR, Sitti Nurhajati Daud, Manager Marketing Perumahan Citra Indah, Ida Prastini serta Manager Sales Team Leader Loan Product Corporate Bank Niaga, Ika Putri Gaban.
Dipilihnya Citra Indah menurut Setyanta karena sejumlah alasan. Yang terutama, perumahan ini mudah diakses sekalipun jaraknya relatif jauh. Selain itu, kredibilitas dan legalitas dari Grup Ciputra selaku developer rasanya tidak perlu diragukan lagi. Selanjutnya adalah karena harga yang kompetitif dan terjangkau.
“Dalam hal ini kami sangat selektif. Dan setelah kami survai beberapa lokasi, ternyata kami menilai Citra Indah memenuhi tiga kriteria tersebut,” ujarnya.
Selama ini diketahui bahwa dari sejumlah proyek perumahan yang dikembangkan oleh Grup Ciputra seperti Citra Gran (Cibubur), Citra Raya (Tangerang), Bintaro Jaya, perumahan Citra Indah adalah yang paling dapat dijangkau oleh konsumen berkantong pas-pasan. Di perumahan ini konsumen masih dimungkinkan mendapatkan satu unit rumah tipe 21 dan 36 seharga kurang dari Rp 80-100 juta, dengan ukuran luas tanah bervariasi.

Kini jelas bagi kita bahwa strategi atau pola membidik pasar korporat atau perusahaan semakin marak. Para pengembang pun menyukai opsi ini karena lebih menjamin kelangsungan proyek perumahan.
Meski demikian, hampir semua pengembang mengakui tidak akan melupakan cara-cara penjualan konvensional perorangan atau individu. Apa yang kini dilakukan oleh pengembang adalah inovasi baru untuk menjaring pasar yang lebih luas.
“Kita tidak mungkin meninggalkan pembeli perorangan. Hanya mungkin, jika dulu pasar korporasi belum terlalu dilirik, kini makin kita garap intensif. Kendalanya, untuk mendapatkan satu konsumen korporasi butuh waktu lama, bisa berbulan-bulan. Sedangkan pembeli perorangan dengan cepat bisa kita jaring,” ucap Fuad.
Singkatnya, inilah jurus jitu dari pengembang. Penjualan perorangan tetap berlangsung, sementara penjualan kepada korporasi semakin intensif.
(SH/rudy victor sinaga)

Jonggol, jadi kota hantu


"ETA tah, Mas, di ditu. Sakitar lima kilometer ti Kantor Kecamatan, eta tanah na Kang Singgih (mantan Jaksa Agung). Sabeulah na eujeung Kompleks Marinir, sabeulah na deui Kompleks Kopasus," kata Eudin (35) warga RT 02 RW 02, Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, sambil tangannya menunjuk pada sebuah lahan membentang yang berbukit- bukit. (Itu di sana Mas, sekitar lima kilometer dari Kantor Kecamatan, tanahnya Pak Singgih. Adapun di sebelahnya tanah untuk Kompleks Marinir, di sebelahnya lagi untuk Kompleks Kopasus/Komando Pasukan Khusus TNI AD)

DARI kejauhan, tak begitu tampak batas-batas pengaplingan tanah di Kecamatan Sukamakmur (dulu bagian Kecamatan Jonggol yang direncanakan akan menjadi kota mandiri Bukit Jonggol Asri (BJA) dan calon Ibu Kota Republik Indonesia). Di perbukitan itu juga tak ada penanda layaknya areal yang hendak dibangun.

Siapa sangka, tanah perbukitan yang membentang dari barat hingga timur dan yang di sebelah selatan mencapai Desa Sukawangi sudah dikapling- kapling.

Pengaplingan kawasan itu mulai tahun 1995, sejak disetujuinya kawasan Jonggol untuk dijadikan kawasan permukiman mewah dan pemindahan kantor pemerintahan. Perubahan peruntukannya berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan No 1327/MenhutVII/1995.

Tak hanya di tempat itu, bukit gundul yang berjarak satu kilometer di depan Kantor Kecamatan Sukamakmur (sebelumnya bukit rimbun dengan pohonnya yang lebat) kini dikuasai pengembang BJA.

Eudin beruntung. Ia salah satu warga dari hanya ratusan warga desa Sukamakmur lainnya yang tak keburu menjual lahan pertanian dan perkebunannya kepada pengembang atau biong (makelar tanah).

Menurut Kepala Seksi Kependudukan Kecamatan Sukamakmur Edi Rahman diperkirakan sekitar 70 persen penduduk Kecamatan Sukamakmur, yang jumlahnya 64.712 jiwa terdiri atas sekitar 20.000 keluarga, telah menjual lahan mereka kepada pihak pengembang.

Dengan luas wilayah keseluruhan Kecamatan Sukamakmur 15.409 hektar (ha), paling tak diperkirakan sudah ada sekitar 10.100 ha tanah yang telah dibebaskan. Luas itu hampir sama dengan luas Kota Bogor yang telah mengalami perluasan, atau seperenam luas DKI.

Itu baru di Kecamatan Sukamakmur, belum yang di Kecamatan Jonggol, Cariu, Cileungsi, Citeureup, dan Kecamatan Cisarua. Diperkirakan tanah yang telah dibebaskan mencapai hampir 15.000 ha, separuh luas yang ditargetkan semula, yaitu 30.000 ha.

Sejak isu pembangunan kawasan kota mandiri BJA yang sekaligus Ibu Kota Republik memudar, para pengembang buru-buru angkat kaki dari situ. Mereka pergi begitu saja. Pohon-pohon di hutan lindung yang telah dibabat dibiarkan. Jalan-jalan dibiarkan rusak. Yang tersisa dari rencana besar itu hanya bukit-bukit gundul dan tanah-tanah yang dikapling, kini sebagian besar bukan lagi milik warga setempat.

Kawasan bekas calon Ibu Kota Republik yang didengung- dengungkan bisa menjadi magnet tandingan untuk mengurangi tekanan permukiman di Jakarta sekarang ini terlihat merana.

Makin merana lagi, setelah jalan yang menjadi jalur untuk akses ke Kecamatan itu dari tiga tempat: Jonggol, Cianjur, dan Citeureup, sudah tak layak lagi.

Dari kawasan Jonggol, misalnya, jalanan di dekat perbatasan Jonggol-Sukamakmur sepanjang lima kilometer rusak berat. Kondisi fisik jalan yang rusak dan berlubang hingga mencapai kedalaman 40 sentimeter. Belum lagi jembatannya sudah banyak yang rusak dan berlubang. Jangan harap mobil ukuran sedang, seperti sedan atau Kijang bisa leluasa melintas.

Dari arah Cianjur lebih parah lagi. Bila hujan turun, mobil praktis tak bisa melintas. Jalanan berbatu-batu besar yang tak jarang merusak ban. Jalan tembus sepanjang sekitar lima kilometer itu sepertinya sengaja dibiarkan untuk menjadikan Sukamakmur makin terisolasi.

Jalan akses masuk dari Citeureup meski sedikit lebih bagus, tetapi masih menyisakan perjuangan bagi pengemudinya. Dari Citeureup untuk mencapai calon Ibu Kota Republik yang batal itu membutuhkan waktu sekitar satu hingga satu setengah jam.

Jalannya berbahaya dengan tanjakan yang curam dan berada di antara tebing dan jurang. Belum lagi pintu masuk dari Citeureup yang macetnya minta ampun. Bisa dibayangkan, dengan kondisi seperti sekarang ini, tanpa kehadiran BJA siapa yang mau melirik kawasan Jonggol dan Sukamakmur?

Bahkan, tak kurang dari pengembang kawasan perumahan elite seperti PT Ciputra Indah yang menjadi pengembang Citra Indah mulai beralih konsep sejak isu BJA memudar. Areal permukiman di atas tanah seluas 1.200 ha itu kini tidak lagi digalakkan menjadi hunian mewah kelompok elite.

Menurut Ida Prastini, Marketing Manager Citra Indah, yang mungkin menjadi satu-satunya pengembang di kawasan Jonggol yang paling atraktif menyambut rencana BJA, sejak gagasan BJA memudar konsep yang ditawarkan Citra Indah juga berganti.

Kalau sebelumnya sasarannya adalah kelompok ekonomi menengah ke atas dengan jenis hunian yang mewah, kini ia berusaha merangkul para industriawan di sekitar hunian itu seperti di Cileungsi dan Citeureup untuk bekerja sama mengenai pengadaan rumah tinggal bagi para karyawan atau pekerja pabrik-dengan konsep rumah sederhananya.

"Kami sekarang menawarkan rumah dengan harga di bawah Rp 100 juta, ini untuk menyesuaikan keadaan," kata Sofyan, staf pemasaran Citra Indah.

Di atas lahan seluas 1.200 ha itu yang baru di bangun hanya 200 ha. Untuk rumah tinggal baru mencapai 2.000 unit. Itu pun yang terisi baru 50-60 persennya. Bandingkan dengan lokasi di Cibubur yang sejak tahun 1997 sudah berhasil menjual 90 persen dari total keseluruhan sebanyak 2.000 yang dibangun. Belum lagi permintaan rumah toko (ruko) yang masih terus meningkat.

MENURUT Ketua Program Kajian Agraria Kehutanan dan Perkebunan Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Haiadi Kartodihardjo kawasan Sukamakmur (dulu bagian Jonggol) memperlihatkan beberapa segmen yang berpotensi longsor, erosi, dan permukaan air tanah dangkal.

Pantauan menunjukkan, longsoran bahan rombakan terjadi pada bagian lereng di sekitar jalan menuju Sukamakmur dari arah Citeureup. Sebagian kawasan konservasi itu kini dijadikan lahan perkebunan warga sebagai penggarap liar dan permukiman.

Secara fungsional, kawasan Jonggol, Sukamakmur, dan daerah sekitarnya mengalami penurunan daya resapan air 30-40 persen. Karena itu, di kawasan itu rawan terjadi longsor dan banjir di hilir akibat daya resapnya berkurang.

Meski kawasan itu tidak menjadi basis konservasi, namun dibandingkan kawasan Bogor lainnya, kawasan Jonggol, Sukamakmur dan sekitarnya mempunyai tingkatan konservasi yang cukup signifikan.

Berdasarkan data di Kecamatan Sukamakmur, desa yang rawan longsor adalah Kampung Pancuran Desa Sukamakmur, Kampung Nyalendung Desa Bojong, Kampung Honje Desa Pabuaran, Kampung Cigadel Desa Sukawangi, dan Kampung Luwibangke Desa Sukamulya.

Boleh jadi, batalnya pembangunan kota mandiri BJA membawa tiupan angin segar bagi para penduduk yang tinggal di kawasan hilir seperti daerah Bekasi. Pasalnya, calon pusat Ibu Kota Republik yang letaknya sekitar 50 km dari Jakarta itu berada di dua daerah aliran sungai yang sungai-sungainya mengalir ke utara meski tak melalui Jakarta.

DAS Kali Bekasi yang luasnya 1.451 km², sekitar 60 km di antaranya berada di kota mandiri BJA. Sedangkan 240 km² lainnya merupakan DAS Citarum, khususnya sub-DAS Cipamingkis dan Cibeet).

Batal terealisasinya BJA saja, daerah hilir seperti Bekasi mudah tergenang banjir. Hujan lebat satu hingga dua jam bisa membuat permukiman di Bekasi terendam. Bagaimana bila BJA jadi terealisasi?

Apa yang dikatakan Camat Jonggol Eman Sukirman mungkin ada benarnya: pembangunan kota mandiri BJA hanya hembusan angin surga. Kini angin surga itu berhenti berembus, maka berhenti pula para pengembang memperebutkan kawasan Jonggol, Sukamakmur, dan sekitarnya, yang akan dijadikan sebagai simbol kebesaran, kemegahan, dan kerakusan. (B10)

LIRIK MUSIK


Lyrics | Fall For You lyrics

BANDAR GANJA, JUGA TRANSAKSI DI JONGGOL

Bandung - Polsekta Sumur Bandung menciduk dua bandar ganja kelas kakap pada Rabu (30/7/2008) Malam pukul 20.00 WIB di Jalan Terusan Buahbatu. Dari keduanya polisi berhasil mengamankan 30,2 kilogram ganja kering serta sepucuk senjata api revolver MIT 909 kaliber 7,2 mm berikut enam butir amunisi.

Kapolsekta Sumur Bandung AKP Alvian Nur Rizal saat ditemui di kantornya, Kamis (31/7/2008), mengatakan kedua tersangka itu bernama Andrian, warga tanah abang Jakarta, dan Andi asal Cilegon.

Menurutnya pada saat diciduk, mereka tengah mengendarai mobil CRV hitam keluaran terbaru. Dalam mobil polisi menemukan 10 paket ganja. “Setelah kami kembangkan ke Jakarta tempat tersangka Andrian, kami mengamankan 40 bungkus daun ganja kering paket besar. Jika barang bukti semuanya ditotal beratnya 30,2 kilogram,” ujarnya.

Dari tangan tersangka juga polisi mengamankan sepucuk senjata api revolver MIT 909 kaliber 7,2 milimeter berikut 6 buah peluru.

“Para tersangka ini sudah menjadi target incaran kepolisian dalan enam bulan terakhir. Mereka sudah beroperasi dua tahun dalam partai besar,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Kapolwiltabes Bandung Kombes Pol Bambang Suparsono menyatakan jika kasus ini adalah kasus terbesar dalam 18 tahun terakhir. “Kita engga pernah nyangka kalau di CRV ada ganja,” katanya.(ern/ern)

Ganja Kiriman Aceh Dijual di 4 Kota Besar
Bandung - Dua bandar ganja kelas kakap yang dibekuk Polsekta Sumur Bandung pada Rabu Malam (30/7/2008) biasa beroperasi di empat kota besar. Mereka memperoleh barang langsung dari Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yang dibawa melalui jalur darat.

Kapolsekta Sumur Bandung AKP Alvian Nur Rizal mengatakan mereka merupakan jaringan kelas kakap. Para tersangka beroperasi di empat wilayah kota-kota besar, yaitu Bandung, Bogor, Cibinong, dan Jakarta.

“Para tersangka ini menerima ganja langsung dari Aceh yang dibawa melalui jalur darat dengan menggunakan truk. Untuk mengelabui polisi, mereka menggunakan truk yang bermuatan buah atau kulit sapi agar baunya tersamarkan. Satu truk bisa memuat 1 ton ganja,” jelas Alvian di kantornya, Kamis (31/7/2008).

Menurut keterangan tersangka, transaksi dilakukan di Jonggol, Cianjur. Biasanya transaksi dilakukan pada maghrib atau tengah malam. “Para tersangka ini adalah orang kedua dari jaringan pengedar ganja,” katanya.

Untuk setiap transaksi dengan kliennya, para tersangka cukup rapih. Mereka, lanjut Kapolsek, tidak mau melakukan transaksi dengan orang yang baru dikenal.

Terkait temuan senpi, Kapolsek menyatakan para tersangka mengaku jika senpi tersebut bukan milik mereka. “Senpi katanya milik kliennya yang dititipkan pada mereka sebagai jaminan pembelian ganji,” tuturnya.

Polsekta Sumur Bandung menciduk dua bandar ganja kelas kakap pada Rabu (30/7/2008) Malam pukul 20.00 WIB di Jalan Terusan Buahbatu. Dari keduanya polisi berhasil mengamankan 30,2 kilogram ganja kering serta sepucuk senjata api revolver MIT 909 kaliber 7,2 mm berikut enam butir amunisi.
(sumber:detikbandung)

Petani Tewas Dicangkul di Lahan Garapannya

Pelakunya Diduga Pria yang Alami Gangguan Jiwa

Bogor - Saamin bin Saeman (40), seorang petani tewas dicangkul seorang lelaki yang diduga tidak waras di Kampung Gunung Gerang RT 01 RW 02 Desa Sukadamai Kecamatan Sukamakmur Kab. Bogor, Selasa (27/7) sekira pukul 15.00 WIB.

Korban tewas dengan kondisi mengenaskan karena pinggang, perut, dan punggungnya mengalami luka menganga. Selanjutnya, mayat petani itu dikirim petugas Polsek Jonggol yang menangani kasus ini ke RSU PMI Bogor untuk divisum.

Sementara itu tersangkanya, Rais (60) diringkus warga tidak lama setelah kejadian. Kemudian, lelaki yang diduga mengalami gangguan jiwa tersebut diserahkan penduduk ke Mapolsek Jonggol untuk diamankan.

Peristiwa ini terjadi tatkala korban Saamin sedang mencangkul tanah di sawah garapannya yang lokasinya tak jauh dari tempat tinggalnya. Namun, tiba-tiba Rais melintas di depan korban.

Begitu melihat, Rais pun berhenti di depan korban yang tengah sendirian itu. Bahkan, Rais selalu memerhatikan gerak-geriknya yang sedang mencangkul sawah. Sementara itu, korban Saamin tidak peduli terhadap lelaki tadi, walaupun Rais berperilaku aneh.

Mungkin karena tidak ditanggapi, secara tiba-tiba saja Rais berteriak dan langsung menerjang Saamin. Akibatnya, korban yang sedang lengah langsung tersungkur ke dalam sawah. Bersamaan itu, pacul yang semula ada dalam genggamannya terlepas dari tangannya.

Kemudian, sambil berteriak-teriak, Rais segera mengambil cangkul tersebut. Begitu cangkul berhasil diraihnya, Rais segera mengayunkannya ke arah tubuh Saamin. Mengetahui hal itu, korban mengelak. Namun, ketika berusaha menghindar, ternyata ujung cangkul itu telah mengenai punggungnya.

Saamin kemudian berteriak minta tolong, tetapi teriakan tadi tidak digubris Rais. Tersangka secara membabi buta tetap saja mengejarnya. Akhirnya, babatan kedua mengenai pinggang dan perutnya. Akibatnya, Saamin terkapar berlumuran darah di sawah.

Meski begitu, korban masih saja berusaha menyelamatkan diri. Melihat korban akan kabur, pelaku segera mengejar Saamin yang merangkak di tanah becek sawah. Tak ayal, begitu ketemu, Rais langsung menjambak kepala Saamin dan mendongahkannya ke kepalanya.

Pelaku kembali menjambak kepala petani itu dan langsung membenamkan kepala korban, ke dalam tanah sawah yang becek. Tak lama kemudian, Saamin pun tewas seketika.

Merasa puas menganiaya Saamin, Rais pun berteriak-teriak di hadapan para warga. Rais berusaha kabur. Namun, penduduk di situ sudah sigap untuk menangkapnya. Selanjutnya, warga membawa Rais ke Mapolsek Jonggol untuk diamankan.

Kapolsek Jonggol AKP Nelson Siregar, saat dihubungi menyatakan walaupun tidak ada tuntutan dari keluarga, pihaknya tetap memproses peristiwa tersebut sesuai prosedur hukum. ( B.65 )

Ingkar Janji, Rumah Tim Sukses Kades Dirusak


RUMAH milik Tatang di Jalan Raya Rosamala, Surupan, Desa Cibadak, Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Selasa (14/10) malam, dirusak puluhan orang. Massa mengamuk karena janji Tatang, yang merupakan tim sukses dari kepala desa terpilih, untuk membuat lapangan bola tidak terealisasi. Massa yang marah merobohkan dinding rumah Tatang. Bukan hanya itu, massa juga menjarah dan membakar harta benda Tatang. Saat kejadian, Tatang tidak di rumah. Akibatnya Atih, istri korban, dan Rini, anaknya yang berusia 3 tahun, ketakutan sehingga bersembunyi di hutan karena massa mengancam akan membunuh mereka. "Saat itu saya hendak sembahyang isya, tiba-tiba ada yang melempari rumah saya. Kapolsek Jonggol AK Aam Hamdian mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan. 
Sementara itu Camat Sukamakmur Beben Suhendar kemarin langsung membuat lapangan bola agar kemarahan warga tidak berlanjut. (DD/J-3)

Empat Penggali Sumur Tewas



Liputan6.com, Bogor: empat orang tewas saat menguras dan menggali sumur tua di Kampung Cigurai, Kecamatan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (13/9). Keempat korban meninggal secara beruntun ketika berusaha saling menolong temannya.

Jenazah korban dievakuasi dari dalam sumur oleh gabungan tim SAR Indocement dan Kepolisian Sektor Jonggol. Polisi menduga korban menghirup gas beracun karena sumur tua itu mengeluarkan bau menyengat.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)

Ratusan Warga Rusak Rumah Staf Desa


Bogor,Pelita
Ratusan warga Desa Cibadak, Sukamakmur, Kabupaten Bogor, merusak rumah salah seorang mantan tim sukses (TS) pemilihan kepala desa (Pilkades), bernama Tatang (42) Selasa (14/10) malam. Warga geram terhadapnya lantaran tak menepati janjinya yang akan memberikan fasilitas umum (Fasum) berupa lapangan bola jika calonnya terpilih.
Rumah Tatang yang berada di kampung Rasamala RT 02 RW 02 Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, dirusak ratusan warga. Bahkan motor miliknya pun dibakar, wargapun tak berhenti disitu, mereka juga membawa kabur genset miliknya serta uang sebesar Rp40 juta.
Hal itulah yang ditangisi Atih (istri korban) dan Siwi (anak korban). Mereka berdua terlihat trauma saat mengingat kejadian semalam. Rumah kami hancur dan motor kami yang sedang parkir diteras pun dibakar. Saya dan keluarga spontan kabur karena takut dengan amuk massa. Kami minta aparat kepolisian menangkap pelaku, kata Atih sambil menangisi rumah yang telah dihuni belasan tahun.
Atih dan keluarga telah meninggalkan rumah sejak pukul 22.30 WIB Selasa malam lalu, atau berselang satu setengah jam dari aksi amuk massa. Hal itu mereka lakukan untuk menghindari aksi susulan warga.
Menurut pengakuan warga, hal itu mereka lakukan karena kesal terhadap ulah Tatang yang menjanjikan mereka pada saat menjadi tim sukses salah satu calon kepala desa, Mahmud (45 tahun).
Tatang saat itu mencari simpati warga dengan menjual janji akan membuatkan lapangan bola jika calonnya menang dalam pilkades. Namun, hingga kini janjinya tidak juga direalisasikan, bahkan Tatang kini telah diangkat menjadi staf desa.
Sementara itu, mendengar laporan kejadian tersebut, aparat kepolisian dari Polsek Jonggol yang langsung datang ke lokasi dan menghalau massa. Hingga kini belum ada pelaku yang ditangkap dalam aksi ini. Namun, pihak kepolisian terus melakukan penyisiran.
Kondisi dalam rumah korban saat ini hancur berantakan. Berdasarkan informasi, massa marah lalu melakukan pengrusakan, hal itu diduga karena mereka tersinggung atas ucapan korban. 
Menurut warga korban meminta pemuda setempat bermain bola di sawah dari pada terus meminta lapangan. Dalam aksi itu, motor, genzet dan uang korban yang hilang. Ini sudah masuk dalam kriminal murni. Kasus ini akan tetap kami tindak lanjuti, tegas Kapolsek Jonggol, AKP Aam Hamdian. (ck-17)

PENCURI KERBAU TEWAS DIBANTAI MASA

BOGOR (Pos Kota) - Komplotan maling kerbau kena batunya. Dua pencuri tewas dicincang warga ketika dipergoki menyeret seekor kerbau ke dalam truk di areal persawahan Kampung Juwara, RT 001/02,Desa Pabuaran, Kec. Sukamakmur,Jonggol, Bogor, Rabu (8/3) dinihari.

Sementara tiga rekan mereka lolos dari kejaran massa bersama truk yang membawa kabur empat ekor kerbau. Sekujur tubuh Hamid,32 tahun, dan Uca,29 tahun, nyaris tak berbentuk dicincang massa. Kedua maling warga Desa Sigalih, Kec. Sukamakmur, Jonggol ini penuh luka bacokan, tikaman, dan hantaman benda tumpul.

H Sopyan,58 tahun, dan H Ramli,67 tahun, pemilik kerbau dimintai keterangan sebagai saksi korban. Dari lokasi kejadian polisi menyita tiga utas tali tambang sepanjang 5 meteran, golok dan linggis milik pelaku. Sedangkan dari massa diamankan sejumlah bongkahan batu, balok dan bambu, golok, serta tombak berdarah.

“Komplotan ini dikenal spesialis pencuri ternak dengan sasaran daerah pinggiran seperti Jonggol, Cisarua, Cariu hingga ke Cianjur. Sampai saat ini belum satu pun warga yang menghabisi kedua maling itu diamankan,” ungkap Kapolsek Jonggol AKP Basri.
Pengadilan jalanan yang digelar warga sekampung ini terjadi pk.03:30 berawal H Ramli usai salat tahajud.

Saat itulah dia mendengar suara gaduh di belakang kandang kerbaunya. Dengan lampu penerang dia mampir ke kandangnya dan melihat dua lelaki menuntun seokor kerbau. Spontan petani dan peternak kerbau ini berteriak, maliing... maliiing.

Warga setempat yang mendengar teriakan ini bergegas keluar rumah.
Sambil membawa tombak, golok, linggis dan senjata lainnya mereka keluar membunyikan kentongan. Kedua maling ini berusaha kabur.

Sedangkan tiga rekannya yang menunggu di pinggir jalan kabur pakai truk. Apes bagi kedua rekannya itu. Usaha kedua begundal ini sia-sia saat lari ke pesawahan. Ternyata massa sudah mengepungnya. “Tangkaap! Habisi!”. Tak pelak lagi kedua maling ini menjadi bulan-bulanan amarah massa hingga tewas.

Amuk massa baru terhenti setelah mengetahui kedua maling ini sudah tak bernyawa. Satu persatu massa membubarkan diri dengan rasa puas.

“Dalam dua bulan terakhir sudah empat sapi dan kerbau hilang, kini kami berharap dengan matinya kedua orang ini tidak ada lagi pencurian ternak,” ujar warga.

Yayan, Ketua RT setempat melaporkan kejadian ini ke Mapolsek Jonggol. Setelah diperiksa kedua mayat maling ini dibawa ke RSU PMI Bogor.

Dua Kelompok Pemuda Bentrok di Jonggol

BOGOR - Bentrokan antar Organisasi Kepemudaan dan Warga Kampung Arapat Kaum Kecamatan Jonggol, hampir saja merenggut korban jiwa. Berawal dari masalah sepele tidak ditawarinya minuman keras (Miras) oleh oknum Ormas Kepemudaan membuat warga sekitar tersinggung dan memancing aksi perang mulut hingga bentrokan fisik.

Pecahnya tawuran antar kedua kelompak di Alun-Alun Kecamatan Jonggol tersebut terjadi sekitar pukul 13:00 WIB dan sulit dipisahkan. Sebab kedua belapihak menggunakan berbagai macam senjata tajam. Tawuran baru berhenti setelah salah seorang korban yang bernama Tengek tersungkur ke tanah akibat tangannya terkena bacokan celurit.

“Tawuran itu terjadi akibat pemuda dari Kampung Arapat Kaum tersinggung karena tidak ditawari Miras, oleh kelompok lainnya,” terang salah seorang staf Desa Jonggal kepada Radar Bogor, tadi malam.

Sementara itu Kapolsek Jonggol AKP Aam Hamdian membenarkan adanya aksi tawuran antar pemuda yang berawal dari persoalan sepele tersebut. Pelaku pembacokan bernama Anim (45) yang juga warga satu kampung korban sudah diamankan di Mapolsek Jonggol.

“Pelaku pembacokan sudah kita amankan. Informasinya perkelahian antar warga ini terjadi, karena persoalan sepele. Tapi, kasus ini masih dalam peyelidikan kami apakah ada unsur dendam, karena mereka sama-sama satu kampung,” katanya.

Sebelumnya, terang kapolsek, memang ada informasi akan terjadi balas dendam dari pihak korban. Isu ini sempat membuat warga, terutama para pedagang di Pasar Jonggo yang tidak jauh dari lokasi kejadian ketakutan. Warga khawatir terjadi bentrok lebih besar lagi.

Setelah petugas dari Polsek Jonggo turun tangan, lanjut Aam, suasana bisa diamankan. Petugas pun juga berhasil menangkap pelaku pembacokan dan sekarang sudah dijebloskan ke dalam tahanan Mapolsek Jonggol. “Alhamdulillah, sekarang suasana sudah kembali aman,” pungkasnya. (rev/pin)