Senin, 08 Desember 2008

Nikmati Alam Pedesaan di RM Jatinunggal


Semilir angin, hijaunya sawah serta gemericik air sungai sejukan suasana hati. Hayalan pun melayang jauh hingga ke dimensi tujuh. Suasana alam pedesaan yang memanjakan mata membuat terlena. Aku merasa tersesat dan tak mau kembali.

Jujur saja, rasa penasaran masih menggelayuti pikiran ini. Cerita seorang teman tentang rumah makan yang menawarkan suasana alam pedesaan yang lokasinya tidak begitu jauh dari Jakarta begitu mengusik hati. Ketika tawaran itu datang, gaung pun bersambut.

Di suatu siang di daerah sekitar Jonggol-Cariu tepatnya di Desa Sukasirna, Jonggol Kabupaten Bogor, cuaca mendung dan awan hitam membayangi perjalanan kali ini. Maklum saja, pertengahan Februari ini, cuaca agak kurang ramah. Di beberapa daerah bahkan terjadi hujan deras disertai angin puting beliung. Namun beruntung sekali, perjalanan kali ini tidak turun hujan, walau hati ini cemas juga, khawatir hujan akan mengguyur wilayah ini.

Memasuki wilayah ini, suasana alam pedesaan begitu kental terasa. Hamparan sawah yang luas membentang, suasana sepi dari lalu lalang kendaraan bermotor, masyarakat yang ramah, dan semilir angin pegunungan, merangsang rasa kantuk yang membuat terlena. Aku sungguh terhipnotis. Rasa lapar pun tiba-tiba saja datang menghampiri. Mungkin terbawa suasana, begitu ucapku dalam hati.

Pesona alam pedesaan yang damai, seperti slogan ‘aman, tenteram loh jenawi’ tampak menjadi nyata. Setelah menempuh perjalanan yang beraspal ‘sirtu’, aku pun tiba di lokasi rumah makan yang dimaksud temanku.

Nama rumah makan itu RM Jatinunggal. Terletak lebih kurang satu kilometer dari jalan raya Jonggol-Raweuy. Tidak ada angkutan umum menuju lokasi rumah makan ini. Pengunjung yang datang umumnya membawa transportasi sendiri.

Tapi jangan tanya jumlah pengunjung yang datang ke tempat ‘terpencil’ ini. Berlimpah loh. Walau lokasinya ‘agak’ jauh dari jalan raya, namun rumah makan ini selalu ramai. Apalagi kalau hari-hari libur seperti Sabtu atau Minggu. Seperti yang terlihat, deretan mobil dari berbagai jenis tampak terparkir rapi di pelataran depan rumah makan.

Menurut Manager RM Jatinunggal Yoyo Wahyudin, rumah makan ini berdiri sejak tahun 1989 yang menyediakan menu makanan khas Sunda.

“Rumah makan ini berdiri sejak tahun 1989. Awal mulanya cuma budidaya ikan mas. Namun seiring perkembangan kota Jonggol, kemudian tempat ini berkembang menjadi sebuah tempat wisata keluarga dan wisata kuliner, khususnya menyediakan menu khas Sunda,” tutur Yoyo yang mengaku sudah puluhan tahun mengelola rumah makan ini.

Dijelaskan Yoyo, tempat ini memiliki sumber air yang berlimpah yang berasal dari Sungai Cipamingkis. Makanya dahulu lebih banyak dimanfaatkan sebagai tempat budi daya ikan arus deras seperti ikan mas.

“Hasil budi daya ikan mas di sini beda hasilnya (kualitasnya) di banding tempat lain. PH air disini mungkin lebih bagus,” ungkapnya.

Rumah makan ini memang menjual suasana alam pedesaan. Dengan hamparan sawah yang luas membentang, suara gemericik air yang mengalir di bawah gubuk-gubuk yang di bangun dari kayu dan bilik (anyaman dari bambu) sebagai tempat para pengunjung menikmati hidangan, sungguh memberikan suasana ‘ndeso’ yang menenangkan jiwa dan pikiran yang sudah ruwet oleh suasana kota yang bising.

Balong-balong (kolam ikan) yang terletak di bawah gubuk-gubuk dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ikan yang setiap dua minggu sekali bisa dipanen atau ditangkap sebagai menu makanan. Bahkan di hari-hari tertentu (biasanya dari hari Senin sampai Jumat) para pengunjung boleh memanfaatkan dan memilih sendiri ikan yang akan di santap.

Ada pula yang memilih memancing sendiri ikan yang mau disantap. Tentunya ini buat pemilik hobby mancing saja. Maklumlah, tentu akan lebih lama menikmati hidangan karena harus menunggu dulu ikan yang didapat.

"Biasanya di sini kami timbang per ons. Untuk ikan mas Rp.4.500/ons, sedang ikan gurame Rp. 6.500/ons,” kata Yoyo seraya mengungkapkan bahwa setiap minggunya mendatangkan sekitar 6 kwintal ikan mas dan gurame dari daerah Bogor untuk kebutuhan rumah makan ini. Ditambahkan, menu-menu yang menjadi favorit pengunjung RM Jatinunggal seperti Ikan Gurame Asam Manis dan Ikan Mas Pepes.

Untuk menu lainnya, seperti umumnya rumah makan khas Sunda, tempat ini juga menyediakan menu-menu seperti Sayur Asam, Lalab Sambal, Pepes Jamur, Pepes Tahu, dan Ikan Mas Balita (ikan mas yang masih kecil-kecil namun digoreng garing). Ehm, yang terakhir ini patut di coba para pengunjung, apalagi kalau dicocol dengan sambal goreng, mantap!!!

Para pengunjung yang datang pun umumnya berasal dari daerah di luar kota Jonggol dan sekitarnya seperti Cibarusah, Bekasi, Cibubur, Bogor dan Jakarta. Bahkan pernah ada yang datang dari daerah Tangerang.

“Mereka umumnya para keluarga dan dari instansi pemerintah. Kadang mereka mem-booking tempat untuk acara pesta ulang tahun dan meeting room untuk para pengunjung dari kalangan instansi pemerintah,” katanya seraya menambahkan sudah banyak pesohor yang datang ke tempat ini seperti mantan Wapres Try Soetrisno dan artis Nabila Syakib. Lebih lanjut Yoyo menambahkan bahwa tempat ini juga menyediakan fasilitas taman bermain anak-anak dan ruang karaoke organ tunggal.

Seorang pengunjung, Pak Hasan, yang datang bersama keluarga lengkap mengaku sebagai pelanggan tetap rumah makan ini. Dari rumahnya dibilangan Cibubur, ia sengaja mengajak keluarganya untuk makan-makan seraya menikmati suasana alam pedesaan yang masih nampak asri.

“Enak makan di sini. Makanannya pas di lidah dan suasana lingkungannya masih asri, jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Sangat cocok untuk refreshing dan menjalin keakraban anggota keluarga,” katanya sembari tersenyum ramah.

Tempat ini buka setiap harinya dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 19.00 malam. Untuk Sabtu dan Minggu merupakan hari yang ramai oleh pengunjung. Hari Senin sampai Jumat, pengunjung diperbolehkan memilih sendiri ikan yang ada dikolam-kolam (balong).

Suasana alam pedesaan yang asri kini sudah seperti oasis yang memberikan kesegaran jiwa masyarakat perkotaan. Nampaknya, RM Jatinunggal mampu memberikan obat penawar rasa sumpek orang-orang kota yang lelah bergelut dengan hiruk pikuk permasalahannya.

Teks dan Foto: Harry Tanoso/Wisatanet.com

Tidak ada komentar: